Rabu, 24 Juli 2013

Gua Maria Jatiningsih Yogyakarta Dari Tahun ke Tahun

Saat kerja bakti pertama kali untuk resik resik ( bersih-bersih ) sendang, kira-kira umur saya waktu itu baru 4 tahun. Lokasi sendang waktu itu memang perengan ( lereng ) kali progo, adanya tumbuhan jati, alang-alang, singkong, duwet, dll, sangat tidak terawat karena lokasinya memang di pojok desa dan dulu kala lokasi itu memang dijadikan sarang orang jahat, dan terkenal sangat angker.


Hampir semua warga 2 dusun yaitu dusun Jitar dan Pingitan ikut berpartisipasi kerja bakti, sesepuh ini generasinya mbah Genyo, mbah Pawiro, mbah Pujo, mbah Semidi, mbah Wito, mbah Sastro dan teman-temannya dibantu simbah-simbah yang 1 generasi lebih muda seperti mbah Sapardi, mbah Pur, pakde Gito, pakdhe Suradi, pakdhe Warjo, pakdhe Tejowardoyo, dll


Kerja bakti pertama yaitu bersih-bersih sekitar sendang ( mata air ), waktu itu mata airnya tepat di bawah pohon beringin, kemudian seiring waktu berjalan, dibangunlah sebuah gua posisinya di sebelah kanan persis sangkristi, di situlah patung Bunda Maria pertama kali bertahta. Bangunan guanya dibangun menggunakan batu putih yang diambilkan dari daerah Wonosari.

Dengan adanya Gua Maria maka para warga dusun Jitar, Pingitan, Sembuhan, Puluhan tidak perlu jauh apabila ingin berdoa tiap hari. Warga mulai rajin datang ke sendang untuk berdoa ( sampai sekarang pun masyarakat Jitar Pingitan lebih suka menggunakan kata "Sendang" )


Dari konsep awal, Jatiningsih memang didesain supaya beratapkan langit, menyatu dengan alam, tidak memotong pohon-pohon jati besar, untuk merealisasikan konsep tadi. Semua masyarakat bergotong royong, mulai dari pembangunan area parkir bawah, turap tanah di sekitar lokasi koor, pembangunan lokasi jalan salib.

Pembangunan Gua Maria Jatiningsih akhirnya turun kepada generasi berikutnya, bapak-bapak bergotong royong memikirkan Jatiningsih, mulai dari bapak saya, pak Sadjad, pakdhe Sukir, pak, Musirin,  Om Jamal, Om Abi, Pakdhe Sariman, Pak Giri, Pak Paijo, Pak Kardjan, Om Darto, Pak Dinar, Pakdhe Yusman, Mbah Dukuh Marsum, Pak Dukuh Tuki, dll

Jatiningsih mulai banyak dikenal orang, banyak peziarah yang datang dari berbagai kota seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Purwokerto, Semarang, Solo bahkan Surabaya. Jatiningsih mulai menjadi tempat berdoa yang favorit dikarenakan suasana yang sangat alami, hembusan angin sepoi-sepoi, suara air dari sungai progo dan lokasi Jatiningsih yang sangat mudah dijangkau baik menggunakan sepeda motor, mobil, bahkan bis besar.

Karena jumlah peziarah semakin banyak khususnya apabila ada misa ekaristi maka berdasarkan rapat pengurus Sendang Jatiningsih maka area halaman Jatiningsih diperlebar dengan cara memundurkan posisi Gua Maria dan menguruk area di sebelah kanan gua sehingga bisa dijadikan tempat duduk ketika mengikuti misa.

Kondisi di sekitar mata air juga di perbagus dengan membuat penutup mata air dengan alasan dahulu ada beberapa orang jail yang sering memasukkan sampah ke dalam belik ( sumber mata air ).

Tahun-tahun berikutnya dilakukan perbaikan dan pembangunan fasilitas seperti pengerasan parkiran atas, pembuatan toilet yang lebih baik, pembuatan aula, pembuatan Kapel Adorasi di sebelah kanan Gua, dan pemasangan Salib Kristus Raja.

Saat ini pengurus Sendang Jatiningsih sedang berupaya membuat area parkir yang lebih luas dan nyaman yang akan dilengkapi dengan berbagai kios oleh-oleh, lokasinya ada di utara Gua Maria. Dengan adanya lokasi parkir baru diharapkan pintu masuk Gua Maria Jatiningsih menjadi lebih baik dan lebih besar.

Mohon bantuan dan doa restu dari semua saudara supaya Gua Maria Jatiningsih, seluruh pengurus dan semua elemen warga dusun Jitar Pingitan mampu menjadi tuan rumah yang baik bagi semua peziarah.

Berkah Dalem